Hutan sebagai Sumber Pangan dengan Banyak Manfaat

Indonesia, seperti yang kita tahu merupakan negeri yang dilimpahi anugerah sumber daya alam yang besar. Hutan Indonesia merupakan hutan yang menduduki urutan ketiga terluas di dunia dengan hutan tropis dan sumbangan dari hutan hujan (rain forest) Kalimantan dan Papua. Dikutip dari lembar info Potret Hutan Indonesia dari Walhi, sampai dengan tahun 2005, pemerintah mengklaim Indonesia memiliki kawasan hutan seluas 126,8 juta hektar dengan fungsi konservasi (23,2 juta ha), kawasan lindung (32,4 juta ha), hutan produksi terbatas (21,6 juta ha), hutan produksi (35,6 juta ha), dan hutan produksi konversi (14,0 juta ha). Meskipun hanya memiliki luasan 1,3% dari seluruh daratan dunia, namun kekayaan didalamnya meliputi 38.000 jenis tumbuhan (10% dari flora dunia yang ada di dunia berada di Indonesia), ditambah 515 jenis mamalia (12% dari mamalia dunia), reptilia 511 jenis (7,3% dari reptilia dunia), burung 1.531 jenis (17% jenis burung dunia), amphibi 270 jenis, binatang tak bertulang belakang 2.827 jenis (IBSAP, 2003). Sejumlah species langka juga ada didalamnya seperti orangutan, harimau, badak dan gajah asia yang sekaligus menjadikan  Indonesia sebagai negara kedua terkaya dengan kehidupan alam liarnya. 

Sumber: Walhi.or.id

Hutan sangat penting perannya bagi dunia, sebanyak 300 juta orang hidup di dalam hutan dan 1,6 milyar manusia bergantung terhadap hutan. Hutan merupakan tempat hidup berjuta flora dan fauna. Fungsi hutan yang sangat penting yakni sebagai cadangan air dan  menyediakan oksigen. Selain itu, hutan sumber makanan bagi dunia. Hasil hutan yang paling banyak dimanfaatkan adalah kayu, tumbuhan kunyit sebagai tumbuhan obat karena memiliki nilai manfaat yang tinggi, kemudian pangan dari hutan yang banyak dimanfaatkan yakni singkong karena umbi singkong merupakan sumber karbohidrat pengganti nasi dan daunnya mengandung vitamin A dan C.

Singkong merupakan salah satu makanan favorit saya, karena dari singkong banyak cara untuk mengolahnya. Mulai dari dikukus atau rebus, digoreng atau dibuat bentuk lain. Kalau kita coba google menu resep singkong bahkan bisa mencapai puluhan ribu, jadi dengan banyaknya kreasi membuat singkong menjadi makanan dari hutan yang istimewa. Misalnya dibuat combro, cenil, ongol-ongol, timus, kripik singkong, singkong keju dan lainnya. Saat berbuka puasa, kolak singkong juga merupakan salah satu makanan favorit masyarakat Indonesia. Dari sekian banyak variasi, selain digoreng tentunya saya paling suka gethuk singkong. Gethuk adalah makanan yang populer di masyarakat Jawa Tengah dan Jawa Timur, sampai-sampai ada lagunya. "Gethuk, asale soko telo mas, Moto ngantuk, iku tambane opo? halah halah getuk asale soko telo mas, Yen ra petuk atine rodo gelo..."

Gethuk. (Sumber: website idntimes)

Seperti yang sudah disebutkan diatas singkong mengandung aneka nutrisi seperti karbohidrat,s erat, mineral (kalium, magnesium, fosfor dan kalsium), vitamin A dan C serta air. Singkong memiliki manfaat bagi kesehatan seperti menambah energi, sumber serat dan karbohidrat kompleks yang berfungsi untuk menjaga kesehatan saluran pencernaan, mengurangi peradangan dan mengendalikan kadar gula darah, memiliki kandungan antioksidan yang baik yang berfungsi untuk melindungi tubuh dari efek radikal bebas, mencegah penyakit jantung, hingga mengatasi kerutan di kulit, betakaroten untuk meningkatkan daya tahan tubuh, mengurangi risiko kanker serta baik untuk kesehatan kulit dan mata. Selain manfaat diatas masih ada lagi bahwa singkong diklaim dapat digunakan sebagai obat alternative untuk mengatasi kelelahan, diare, infeksi, masalah kesuburan dan menginduksi persalinan (1).

Wow banget kan manfaatnya selain rasanya yang nikmat, sehingga tidak heran kalau singkong merupakan produk konsumi dari hutan yang difavoritkan. Prof Achmad Subagio sebagai Guru Besar Universitas Negeri Jember, Jawa Timur menemukan terobosan baru, singkong menjadi tepung di beri nama mocaf. Tepung itu tak berasa singkong dan dapat digunakan untuk pembuatan banyak jenis makanan. Dia pun membuat terobosan membuat beras tiruan dari bahan dasar singkong. Jadi banyak sekali peluang yang dapat kita manfaatkan dari singkong. Namun sayangnya, walaupun Indonesia merupakan produsen singkong namun produksi dalam negeri belum mampu mencukupi dan terus menurun dari tahun 2014, sehingga rata-rata impor pati singkong periode 2014-2018 mencapai 470.436 ton/tahun, yang mana meningkat dari yang sebesar 335.015 ton/tahun pada periode 2009-2013 (2). 

Penurunan produksi singkong disebabkan banyak sebab, salah satunya lahan yang terus berkurang. Hal ini dapat disebabkan karena semakin berkurangnya luas hutan, sebagai contoh Pulau Sumatera telah kehilangan 85% hutannya karena konversi ke perkebunan sawit dan pulp dan paper. Menurut laporan Walhi bahwa kerusakan hutan alam Indonesia terus bertambah setiap tahunnya. Pada tahun 1950 sampai dengan 1985 angka kerusakan mencapai 32,9 juta hektar atau setara dengan 942 ribu hektar setiap tahun. Penguasaan 70 persen pasar plywood dunia pada tahun delapan puluhan juga memicu kehilangan hutan seluas 45,6 juta juta hektar atau dengan rata-rata deforestasi 5,7 juta hektar hutan pertahun (1985 – 1993). Ini adalah angka tertinggi deforestasi di Indonesia. Seperti fenomena gunung es, angka ini bisa jadi lebih tinggi dari yang sebenarnya terlihat. Sampai dengan tahun 2004 lahan kritis di hutan mencapai 59,17 juta hektar dan lahan kritis diluar kawasan hutan mencapai 41,47 juta hektar. Sebagian besar dari lahan yang rusak tersebut tersebar di 282 Daerah Aliran Sungai (DAS).

Beberapa penyebab rusaknya hutan karena alih fungsi hutan, pembalakan liar dan kebakaran. Sehingga hal ini dampak berdampak kepada berkurangnya keanekaragaman hayati, bencana alam seperti tanah longsor, meningkatnya emisi rumah kaca dan terganggunya siklus air. Lalu apa yang bisa kita lakukan untuk menjaga hutan? Sebagai langkah perorang. Kita dapat melakukan hal-hal kecil yang dapat mendukung kelestarian hutan misalnya dengan mendaur ulang sampah sesuai jenisnya, mengurangi pemakaian plastik dan mematikan peralatan elektronik ketika tidak digunakan.  Tetap semangat menjaga lingkungan mulai dari diri sendiri dan hal yang kecil karena "If you can not do great things, do small things in a great way" (Napoleon Hill)

Sumber:
(1) https://www.alodokter.com/manfaat-singkong-bagi-kesehatan-serta-fakta-lainnya
(2) https://www.cnbcindonesia.com/market/20190426120042-17-69087/kocak-indonesia-impor-singkong-bahkan-makin-hobi

2 comments

  1. Kadang suka mikir, apakah hutan bakalan balik ke seperti dulu~

    ReplyDelete
  2. Susah ya mengembalikan fungsi hutan seperti yg dulu. Makin berkurang lahannya, kasian juga dengan hewan2 liar di hutan, yg jd terdesak dan kurang makan :(. Giliran mereka masuk kampung, malah diserang . Sedih sih kalo inget itu.

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...