Sumatera Barat tidak diragukan lagi terkenal dengan keindahahan alam dan budayanya. Mulai dari pantainya misalnya Mentawai yang banyak turis asing surfing disana, pesona budayanya yang memiliki identitas yang kuat dan juga makanannya yang lamak banaaa (enak sekali).
Selain pantai-pantai yang cantik, nah ada satu lagi destinasi wisata yang wajib dikunjungi para traveler khususnya adventure. Kenapa? Karena perjalanan menuju kesana lumayan menguras tenaga. Namanya Lembah Nyarai
Lokasi Lembah Nyarai berada di Lubuk Alung, Kabupaten Pariaman. Kalau kesini harus naik kendaraan pribadi/sewa karena memang tidak tersedia angkutan umum untuk masuk kedalamnya. Tapi untuk detail lokasinya saya kurang tahu karena ikut rombongan kantor (nggak informatif sekali hahaha)
Setelah sampai disana, kita melapor ke posko untuk didata dan dipandu untuk trekking menuju Lembah Nyarai. Harga tiketnya terjangkau dan ada beberapa pilihan paket wisata:
Camping Rp 40.000
Bird Watching Rp 100.000
Menembak Ikan Rp 50.000
Jarak tempuh trekking adalah 5,3 km (kira-kira 2,5 jam). Ayo kita mulai perjalanan yeayyy...
Kami baru jalan kedalam agak siang gitu karena menunggu rombongan yang tersesat. Jam 11 akhirnya kita berangkat menuju lokasi. Ketika baru dimulai beberapa saat saja, kami sudah disambut sungai yang segar, disambut kebo yang gede banget peliharaan penduduk dan makin masuk kedalam hutan. Ditengah perjalanan hujan lebat jadi tidak banyak yang foto yang bisa saya abadikan takut kamera rusak.
Ada beberapa jembatan yang sudah rapuh jadi kudu hati-hati dan sebaiknya memakai sepatu dan sendal gunung. Saya sempat beberapa kali terjatuh ketika menginjak batu-batu padahal sudah pakai sendal gunung (mungkin karena kondisi hujan lebat). Di beberapa titik ada warung-warung yang menjual makanan (kalau nggak salah ada 2 warung sebelum tiba dilokasi), jadi sebaiknya tidak membawa bekal yang cukup banyak untuk meringankan tas.
Waktu kami sedang tertatih dalam perjalanan, eh ada bapak-bapak cepet banget jalannya bahkan sedikit berlari, keren euy. Setelah 3 jam perjalanan dengan baju basah kuyup (bawa sih payung, tapi buat seimbangin badan aja susah apalagi pegang payung) sampailah kami di lokasi. Tau nggak bapak yang tadi katanya cuma berapa lama sampai ke lokasi? Setengah jam! Warbiasyak
Istirahat dulu sebelum foto-foto |
Sesampainya disana hujan berhenti dan masih menyisakan gerimis kecil. Kalau kata orang, capek kita bakal hilang setelah sampai tujuan kalau buat saya mah capek mah capek ajaaa wkwkwk.
Apesnya, kita nggak bisa nyemplung karena arus yang sangat deras dan berbahaya (hua..hua..huaa) akibat hujan, pagi tadi padahal masih surut kata pemandunya. Batang pohon yang melintang yang biasanya dilewati untuk kesebrang juga tertutup sungai.
Setelah istirahat, makan dan sholat kami pulang karena nggak boleh juga berenang. Perjalanan pulang kami kembali diguyur hujan, licin-licinan di batu, jembatan yang agak rapuh tapi seru!!
Langkah tegap mengiringi perjalanan pulang kami. Satu tujuannya yakni pengen pulang cepet-cepet (kasur mana kasurrrr!!). Berbeda dengan perjalanan pergi, yang wanita selalu menanyakan "sampai berapa lama?", "masih jauh nggak sih", "capeeekk". Pulangnya, walau kami capek kami tetap berjalan pasti karena sudah tau tujuan kami, walau kaki rasanya mau copot tapi harus melanjutkan (yaiyalah kalau nggak masa nginep di hutan).
Saya jadi makin paham pentingnya tujuan beserta gambarannya yang jelas dalam hidup ini *eaaa. Karena dengan semakin jelas arah dan tujuan kita, kita dengan tegap melangkah, berusaha untuk terus berjalan, berjalan bahkan berlari.
Batu Hitam Lunak???
Setelah pulang, kami menemukan istilah baru yakni "batu hitam lunak". Apakah itu? Jadi ketika kami salah menyangka dikira batu ternyata adalah ee kebo karena bentuknya hitam dan menyerupai gundukan batu gitu karena saking gedenya. Yang paling zonk dialami senior saya yang sampai sepergelangan tangan masuk kedalam batu hitam lunak hihihhih (ketawa di pojokan takut kualat)
Karena mungkin hujan dan tidak bisa merasakan sensasi berenang disana, jadi menurut saya biasa-biasa saja tempatnya tapi proses menuju kesananya yang nggak bakal terlupa. Beberapa tips ala saya kalau mau ke Nyarai:
- Pakai sepatu atau sendal gunung, supaya nempel kuat dan nggak lepas-lepas.
- Bawa jas hujan jangan payung. Jas hujan kaya buat motor gitu, paling nggak atasannya gitu biar bawaan selamat
- Siapin gantungan kamera/handphone anti air, jadi masih bisa mengabadikan jalur trakkingnya
- Bawa pakaian ganti yang mau renang
- Nggak usah bawa bekal, makan pop mie aja disana.Minum bolehlah satu botol, nanti beli lagi di warung
- Pakai kaos kaki dan celana dimasukkan kaos kaki. Banyak pacettt!! (saya kena dua kali sampai bolong karena bekas hisapannya hiks hiks)
NB: Besoknya di kantor banyak dijumpai pegawai dengan kaki yang terseret-seret 😂😅
Halo mba. Aku belum pernah ke sini. JAdi pengen nyoba nih. Apalgi airnya keliatan bersih bangeet
ReplyDeleteWah, rugi.. jauh2 kesini eh keindahan HQQnya nggak keliatan gara2 hujan hahaha..
ReplyDeleteanyway siapa tuh yang nginjek batu hitam lunak? hahahaha