Jenis Buku : Parenting - Islam
Judul Buku : Saat Berharga untuk Anak Kita
Nama Penulis : Mohammad Fauzil Adhim
Nama Penerbit : Pro-U Media
Tahun Cetak : Cetakan ke-8, Januari 2014
Tebal Buku : 277
Nomor ISBN : 979-1273-54-5
Harga Buku : Rp 42.000,-
Kita asah kecerdasannya sehingga hebat luar biasa, bukan agar bisa menolong agama Allah ini dengan kemampuan yang mereka miliki. Justru sebaliknya, kita ajarkan kepada mereka doa-doa kepada Allah Ta'ala untuk memperoleh dunia
Kita biasakan mereka berdoa bukan agar hatinya terpaut dengan Allah 'Azza wa Jalla, tetapi semata agar Allah melimpahkan prestasi yang menakjubkan
Tak salah jika semasa kuliah rajin puasa dan memelihara sifat takzim pada orangtua, tetapi sesudah mereka memperoleh apa yang dicita-citakan, bekas-bekas puasa Senin Kamis itu tak tampak sedikit pun (Alangkah sia-sia, halaman 32)
Gleekk, begitulah kutipan dalam buku ini. Seperti ditoyor rasanya, mengaca pada diri sendiri yang sering melakukan seperti itu, bagaimana pula kita mengajarkan anak kita? Bapak Fauzil Adhim, seorang penulis yang memang concern terhadap pendidikan anak mengingatkan kita kepada orangtua tentang sia-sia mengajarkan anak kalau tujuannya hanya mengejar dunia misalnya mengajarkan balita membaca bukan dengan tujuan mengenal Tuhan, tapi semata demi decak kagum orang-orang.
Buku ini diawali dengan bahwa semuanya bermula dari niat. Buku ini hampir serupa dengan buku yang berjudul 'Segenggam Iman Anak Kita' bahwa sebenarnya yang terpenting dalam parenting adalah membangun jiwa anak, bukan karena uang yang kita berikan, tetapi karena waktu yang kita luangkan untuk berbicara dan berbincang kepada anak.
Dalam bab Tersenyumlah Anakku Sayang, penulis banyak mengisahkan bahwa kita sebagai orang tua harus menerima anak seutuhnya, bahwa sikap kita terhadap anak akan sangat berpengaruh terhadap pembentukan karakter dirinya. Misalnya, anak yang memiliki kedekatan yang baik dengan orangtuanya, maka lebih kompeten dan memiliki keterampilan sosial yang lebih baik; bonding yang kuat antara ibu dan anak maka anak akan tumbuh dalam rasa aman, ayah yang mengazankan bayinya ketika baru lahir maka akan menstimulasi kecakapan intelektual serta bahasa anak.
Selanjutnya, penulis mengingatkan kita supaya lapang dada terhadap perilaku anak yang membuat rumah tidak pernah rapih, tembok rumah yang jadi penuh coretan, pipis sembarangan, celoteh tidak berhenti. Rasulullah Saw pernah berkata "Al-uramah akan menambah kecerdasannya di masa dewasa." Yang dimaksud Al-uramah adalah adalah kondisi anak yang sangat aktif bahkan mendekati agresif, penuh gerak, selalu ingin mencoba. Lihatlah dari sisi yang lain tentang perkembangan anak kita yang menakjubkan.
Selanjutnya tentang, masalah pengasuhan kita kepada anak, kadang malah awalnya bersumber dari konflik diri sendiri dan konflik perkawinan. Komunikasi dengan diri komunikasi dengan pasangan sangat menentukan keberhasilan dalam pola pengasuhan yang baik.
Kegagalan seorang anak bukan ketika sang orangtua yang ahli teknologi, tapi anaknya lebih menyukai ilmu sosial, tetapi kegagalan adalah ketika ketika anak dapat melebihi orangtua, tetapi jiwa mereka gersang dan hati mereka rapuh, sementara iman tidak dapat ditemukan bekasnya. Bapak Fauzil Adhim juga mengajarkan tips mengajarkan rasa berbagi, tidak cukup kedermawanan hanya dengan memberikan uang receh ke pengemis karena cara itu hanya mengajarkan bahwa tidak gusar menjadi pengemis. Tips mengajarkan kedermawanan pada anak:
- Memberi sebagai kesengajaan yang disertai usaha bahkan perjuangan serius
- Memberi untuk meringankan beban dan memberi manfaat. Bukan sekedar untuk meringankan perasaan bersalah kita. Apalagi hanya untuk memetik kesenangan dengan mengundang orang miskin datang ke rumah kita, mengumumkan kemiskinan mereka dan kedermawanan kita dengan memberi harta yang tidak seberapa
- Kita ajari anak-anak memberi dengan harta yang berguna, bukan uang receh yang apabila jatuh di jalan, kita tidak akan menghentikan kendaraan untuk mengambilnya.
Ketika anak salah, apa yang harus kita lakukan? Jangan menjadi orangtua sumbu pendek yang cepat tersulut emosi ketika anak melakukan hal-hal yang kurang menyenangkan. Tidak menunggu waktu lama untuk mencubit anak dengan keras, melotot, makian dan umpatan. Memarahi dengan cara ini biasanya memang akan menghentikan perilaku negatif anak, tetapi berhenti bukan karena sadar.
Lalu harus bagaimana kalau harus menghukum anak? Sejauh kesalahan itu tidak berkaitan dengan hak orang lain, atau berhubungan dengan halal haram, Nabi Saw menujukkan sikap yang lunak. Tetapi Nabi Saw segera mengambil sikap yang tegas ketika itu menyangkut hak orang lain. Misalnya Nabi Saw melarang memarahi anak yang memecahkan piring karena segala sesuatu ada ajalnya, termasuk piring.
- Menghukum anak bukan karena emosi, apalagi karena rasa jengkel terhadap sikap anak kita karena segala sesuatunya berasal dari niat, tampak sepele tapi cara kita bersikap akan mempengaruhi penerimaan anak.
- Menghukum merupakan tindakan agar anak memiliki sikap yang baik.Anak harus mengerti apa yang harusnya dilakukan dan memahami apa yang menyebabkan dia dihukum.
- Tindakan menghukum mengajari anak bahwa setiap perbuatan mempunyai konsekuensi.
- Hukum anak, tetapi jangan sakiti dia
- Tetap berpikir jernih saat menghukum anak
- Kasih sayang mendahului kemarahan. Tunjukkan bahwa kita memberi hukuman karena didorong rasa cinta
Dalam buku ini juga diberi catatan cara bijak ketika memarahi anak misalnya tentang ajarkan mereka konsekuensi bukan ancaman, jangan bilang 'jangan' dan banyak tips lainnya. Pada Bab terakhir, penulis membahas tentang masa depan anak kita. Apa yang seharusnya kita wariskan untuk anak-anak kita, apakah cukup harta, apakah cukup kasih sayang?
Ada kata-kata yang saya suka dari penulis:
Banyak orangtua yang berhasil mendidik anaknya bukan karena kepandaiannya mendidik anak, tetapi karena doa-doa mereka yang tulus. Banyak orangtua yang cara mendidiknya salah jika ditinjau dari sudut pandang psikologi, tetapi anak-anaknya tumbuh menjadi penyejuk mata yang membawa kebaikan dikarenakan amat besarnya pengharapan orangtua.
Kekuatan dari buku ini karena bahasanya yang sederhana dan mengalir, seperti ada seorang teman yang sedang berbincang, sambil nge-teh dan minum kopi dan ngobrol dengan saya seputar parenting tanpa terkesan menggurui. Banyak hal-hal kecil yang kadang terlewatkan orangtua dan diingatkan oleh penulis, misalnya mengajarkan tentang arti bekerja bagi seorang anak, penting tapi jarang dibahas. Menurut saya penting kita pasti ingin menjadikan anak-anak kita profesional nantinya. Bahwa dengan bekerja, dapat membantu sesama.
Kelemahan dari buku ini adalah kurang teraturnya penempatan artikelnya. Seharusnya pembahasan tentang masa depan anak itu berada di akhir bagian buku tapi ternyata ketika sudah klimaks tentang apa yang kia wariskan ternyata malah ada beberapa tamabahan artikel yakni merangsang kepekaan terhadap anak dan memenjarakan kebebasan kepada anak kita, yang lebih tepat seharusnya ditengah-tengah pembahasan. Jadi 2 artikel terakhir, agak menganggu ritme ketika membaca. Diluar dari kekurangan diatas, buku ini sangat layak dibaca sebagai panduan bagi para orangtua dan calon orangtua.