Jemuran dijadikan gym >.<' |
Ini adalah Ramadan ketiga saya setelah saya menikah. Ramadan pertama saya rasakan sebulan setelah menikah. Ramadan kedua, saat saya mengandung dan Ramadan kali ini, putera saya Fatih sedang lucu-lucunya, merangkak kesana kemari dan berceloteh riang. Ramadan diisi dengan berpuasa, buka bersama, tarawih, tadarus, zakat dan sedekah. Indah ya? Apa lagi kalau mendekati lebaran, biasanya kita sedang menunggu kabar gembira untuk kita semua kulit manggis kini ada ekstraknya. Yup, itulah Tunjangan Hari Raya
Wah, kalau THR tiba rasanya seperti orang kaya mendadak, karena tabungan terisi kembali sebelum waktunya. Bahkan di beberapa perusahaan, ada yang sampai dua kali take home pay, wah menggiurkan sekali. Tapi jangan sampai karena kita merasa kaya mendadak malah menggunakannya secara sembarangan yang berakibat bisa-bisa jadi bokek setelah lebaran.
Awalnya kita pasti berpikir ketika bulan puasa, akan menghemat pengeluaran. Karena tidak ada alokasi biaya makan siang, berarti menghemat sekali makan. Untuk makan sahur, biasanya kan tidak aneh-aneh atau malah sama dengan menu makan malam. Tapi malah keseringan, biaya pengeluaran lebih besar dibandingkan bulan-bulan lain. Lho kok bisa ya? Mari kita lihat siapakah penyebabnya:
- Harga bahan pokok yang naik
- Budaya buka bersama
- Membeli kue-kue
- Baju Baru
- Mudik
Berdasarkan pengalaman 2 Ramadan sebelumnya, saya malah nombok setelah Ramadan, terseok-seok menunggu gaji yang tiba. Saya tidak mau lagi ah terjerumus pada kesalahan yang sama, Ramadan kali ini harus sukses. Untunglah saat ini kita banyak dibantu dengan mudahnya mendapatkan informasi, termasuk pengelolaan THR. Beberapa hari yang lalu, Saya sempat mengikuti acara offline suatu situs perencana tentang mengelola THR juga sempat mendengarkan planner financial Mba Ligwina Hananto di sebuah radio. Untuk yang tidak berkesempatan mengikutinya, informasi di dunia maya kita bisa dapatkan dengan mudah ^.^
Dari kumpulan informasi yang saya dapat, maka inilah tips dan trik dalam mengelola THR:
1. Untuk THR, sisihkan 50% dari yang didapatkan dan segera transfer ke rekeninng lain (bukan rekening belanja), jangan dibiarkan mengendap berlama-lama. Karena, supaya kita tidak kalap melihat saldo tabungan kita yang tiba-tiba terisi 'banyak'
2. Jangan tergoda dengan sale. Prinsip belanja adalah make
sure yo buy thing you need. Tapi kalau lagi diskon bagaimana? Jarang-jarang kan bisa dapat harga semiring itu, pasti itu pembelaan para wanita ketika melihat barang yang unyu-unyu sedang diobral. Yang harus kita ingat ketika melihat barang sale adalah tanyakan dulu dalam hati 'apakah
kalau tidak sale barang tersebut akan tetap kita beli?". Kalau hati kita menjawab tetap beli walaupun tidak sale, maka belilah karena memang berguna.
3. Tips belanja:
a. Kalau ada pembelian 1 item dalam jumlah besar, bandingkan dengan harga dengan toko lain. Tapi jangan lupa dibandingkan juga jarak, ongkos dan waktu
b. Tinggalkan kartu kredit di rumah, pakailah uang tunai. Supaya kita tidak kalap memasukkan barang belanjaan ke dalam troli karena ada si kartu sakti.
c. Jika kemungkinan anak minta mainan dan barang macam-macam, maka jangan dibawa atau bisa dititipkan di tempat permainan anak
3. Tips belanja:
a. Kalau ada pembelian 1 item dalam jumlah besar, bandingkan dengan harga dengan toko lain. Tapi jangan lupa dibandingkan juga jarak, ongkos dan waktu
b. Tinggalkan kartu kredit di rumah, pakailah uang tunai. Supaya kita tidak kalap memasukkan barang belanjaan ke dalam troli karena ada si kartu sakti.
c. Jika kemungkinan anak minta mainan dan barang macam-macam, maka jangan dibawa atau bisa dititipkan di tempat permainan anak
4. Buat daftar yang akan kita lakukan terhadap THR. Semakin teliti daftar yang kita buat maka akan semakin sedikit pengeluaran yang tidak terduga. Ada empat pos yang harus kita prioritaskan dalam merencanakan penggunaan THR, yakni:
a. Hak orang lain, misalnya zakat, sedekah, amal, dan juga THR pekerja di rumah kita
b. Mudik. Kalau memang harus mudik, harus diperhitungkan jauh-jauh hari supaya menghindari over budget. Saya punya teman asal Bali yang untuk membeli tiket untuk keluarganya ketika mudik mencapai 14 juta, itu hanya tiket, belum yang lainnya. Dana THR pun belum tentu bisa menutupi.
c. Open House dan salam tempel. Sebaiknya memperhatikan hal ini ketika melakukan salam tempel untuk anak-anak yakni: tidak memberikan salam tempel sebagai hadiah yang seharusnya memang mereka lakukan, misalnya jangan berikan mereka hadiah karena berpuasa, karena memang puasa itu kewajiban. Yang kedua adalah ketika anak diberikan salam tempel, maka bicarakan kepada mereka, akan dibelikan apa uang tersebut? Sehingga mereka akan kreatif dalam membuat keputusan. Yang ketiga, untuk salam tempel yang anaknya masih bayi seperti saya, uangnya jangan dimasukkan ke kantong ibunya, tapi ditabung ya hihihi
d. Liburan dan gadget. Jangan sampai urutan keempat tiba-tiba menjadi urutan pertama.
Nah, bagaimana dengan nasib para freelance, wirausaha, self employed seperti supir taksi, dokter, designer yang bekerja berdasarkan proyek terkadang tidak mendapatkan THR. Atau seperti saya yang masih CPNS, harap-harap cemas apakah dapat atau tidak, yang kabarnya akan diundur karena truk pembawa gaji 13 terguling seperti gambar dibawah ini:
Nah, bagi yang tidak mendapatkan THR, maka dia yang harus menciptakan THR sendiri. Lah, bagaimana caranya? Kita buat tabungan khusus THR, yang sudah diisi bulan-bulan sebelumnya, jadi tidak kelimpungan lagi ketika biaya melonjak tinggi di bulan puasa. Hal yang sama bisa kita terapkan untuk mudik. Untuk yang biasanya pulang kampung, biar tidak
syok dengan besarnya kenaikan biaya tiket, maka dibuat tabungan khusus mudik dan dicicil sedikit demi sedikit
sebelumnya akan sangat membantu.
Pengeluaran antara yang masih single pasti berbeda dengan yang sudah berkeluarga seperti saya, tapi hasilnya bisa sama-sama habis, sama-sama ada yang bisa ditabung, sama-sama ada yang ngutang. Jadi, tergantung perencanaan kita, tinggal pilih mau skenario yang mana?
Choose your decision ^.^
a. Hak orang lain, misalnya zakat, sedekah, amal, dan juga THR pekerja di rumah kita
b. Mudik. Kalau memang harus mudik, harus diperhitungkan jauh-jauh hari supaya menghindari over budget. Saya punya teman asal Bali yang untuk membeli tiket untuk keluarganya ketika mudik mencapai 14 juta, itu hanya tiket, belum yang lainnya. Dana THR pun belum tentu bisa menutupi.
c. Open House dan salam tempel. Sebaiknya memperhatikan hal ini ketika melakukan salam tempel untuk anak-anak yakni: tidak memberikan salam tempel sebagai hadiah yang seharusnya memang mereka lakukan, misalnya jangan berikan mereka hadiah karena berpuasa, karena memang puasa itu kewajiban. Yang kedua adalah ketika anak diberikan salam tempel, maka bicarakan kepada mereka, akan dibelikan apa uang tersebut? Sehingga mereka akan kreatif dalam membuat keputusan. Yang ketiga, untuk salam tempel yang anaknya masih bayi seperti saya, uangnya jangan dimasukkan ke kantong ibunya, tapi ditabung ya hihihi
d. Liburan dan gadget. Jangan sampai urutan keempat tiba-tiba menjadi urutan pertama.
Nah, bagaimana dengan nasib para freelance, wirausaha, self employed seperti supir taksi, dokter, designer yang bekerja berdasarkan proyek terkadang tidak mendapatkan THR. Atau seperti saya yang masih CPNS, harap-harap cemas apakah dapat atau tidak, yang kabarnya akan diundur karena truk pembawa gaji 13 terguling seperti gambar dibawah ini:
Berita Hoax yang beredar -.- |
Pengeluaran antara yang masih single pasti berbeda dengan yang sudah berkeluarga seperti saya, tapi hasilnya bisa sama-sama habis, sama-sama ada yang bisa ditabung, sama-sama ada yang ngutang. Jadi, tergantung perencanaan kita, tinggal pilih mau skenario yang mana?
Choose your decision ^.^