Penulis: Lala Purwono
Penerbit: Stiletto Book, Cetakan II Oktober 2012
Halaman: 181
ISBN: 978-602-7572-05-8
Harga: Rp 36.000,-
Dari covernya yang unik sudah dapat menebak isi bukunya: bisik-bisik, obrolan, gosip. Girl Talk adalah buku tentang percakapan singkat antara 2 orang perempuan yang sering kita dengar di angkutan umum, halte, rumah, kantor, restoran dan tempat lainnya.
Mulai dari percakapan ringan tentang teman kantor yang suka menggunakan barang branded seperti Devil Roars Prada, obrolan tentang keluarga besar yang hobinya nanya-nanya status di The Questions atau bahkan obrolan antar sahabat yang paling pribadi dapat kita lihat di It's Always Him.
Semua percakapan dipandang dari sudut pandang orang pertama. Ketika membacanya, terkadang saya merasa seperti ada seorang teman yang sedang benar-benar curhat di depan saya. Sesekali terdiam karena kisahnya nyerempet dengan yang pernah saya alami. Banyak juga qoute bagus yang jadi favorit saya:
"Tiap orang datang dalam kehidupan kita, pasti punya misi an tujuan. Mau nyebelin seperti apa, orang-orang itu pasti punya maksud dan ngasih hikmah setelah semuanya lewat"
"Dan ketika waktu yang tepat itu tiba, kamu bakal tahu kenapa Tuhan menyuruhmu menunggu. You'll know that God did everything for a wonderful reason"
Kekuatan dari buku ini adalah penulis sering membuat kejutan-kejutan di ujung ceritanya yang buat saya surprise seperti cerita cowok yang alim tapi ternyata sebenarnya punya masa lalu yang kelam, ada juga tentang Jul yang sama sekali tidak pernah iri sama Leony sang perempuan perfect, saya mikir bohong banget kalau nggak iri, tapi ternyata Jul punya 'sesuatu' yang Leony tidak punya.
Menurut saya kekurangan buku ini yakni ceritanyanya yang datar, seluruh skenario pasti diawali dengan perempuan yang curhat, marah-marah, memaki, sebel tapi reaksi si teman pasti akan selalu menjadi penasehat. Untung curhatnya bukan sama saya, kalau sama saya mungkin malah saya jadi 'kompor' atau kepancing ikut nambahin ceritanya :p. Seperti ada satu orang yang sama menjelma dalam setiap kisahnya yang menjadi Ra, Jul, Al karena gaya bahasa yang dipakai dari 30 kisah itu same misalnya bahasa inggris yang campur-campur.
Di beberapa kisah disebut nama laki-laki yang sama, entah karena ceritanya lanjutan atau pelakunya memang berbeda. Karena penasaran saya jadi mencari-cari lagi dimana dimuat cerita awal dengan nama laki-laki yang sama. Saran saya, bagaimana kalau cerita yang berlanjut dibuat berdekatan, soalnya saya jade pusing nyari-nyari lagi dari sekian cerita *siapa yang lagi pusing, siapa yang disalahin coba.
Kesimpulannya, buku ini cocok untuk dijadikan teman ngopi dan ngeteh di sore hari, saat penat melanda sehabis kerja. Enjoy the book ^.^
Dari covernya yang unik sudah dapat menebak isi bukunya: bisik-bisik, obrolan, gosip. Girl Talk adalah buku tentang percakapan singkat antara 2 orang perempuan yang sering kita dengar di angkutan umum, halte, rumah, kantor, restoran dan tempat lainnya.
Mulai dari percakapan ringan tentang teman kantor yang suka menggunakan barang branded seperti Devil Roars Prada, obrolan tentang keluarga besar yang hobinya nanya-nanya status di The Questions atau bahkan obrolan antar sahabat yang paling pribadi dapat kita lihat di It's Always Him.
Semua percakapan dipandang dari sudut pandang orang pertama. Ketika membacanya, terkadang saya merasa seperti ada seorang teman yang sedang benar-benar curhat di depan saya. Sesekali terdiam karena kisahnya nyerempet dengan yang pernah saya alami. Banyak juga qoute bagus yang jadi favorit saya:
"Tiap orang datang dalam kehidupan kita, pasti punya misi an tujuan. Mau nyebelin seperti apa, orang-orang itu pasti punya maksud dan ngasih hikmah setelah semuanya lewat"
"Dan ketika waktu yang tepat itu tiba, kamu bakal tahu kenapa Tuhan menyuruhmu menunggu. You'll know that God did everything for a wonderful reason"
Kekuatan dari buku ini adalah penulis sering membuat kejutan-kejutan di ujung ceritanya yang buat saya surprise seperti cerita cowok yang alim tapi ternyata sebenarnya punya masa lalu yang kelam, ada juga tentang Jul yang sama sekali tidak pernah iri sama Leony sang perempuan perfect, saya mikir bohong banget kalau nggak iri, tapi ternyata Jul punya 'sesuatu' yang Leony tidak punya.
Menurut saya kekurangan buku ini yakni ceritanyanya yang datar, seluruh skenario pasti diawali dengan perempuan yang curhat, marah-marah, memaki, sebel tapi reaksi si teman pasti akan selalu menjadi penasehat. Untung curhatnya bukan sama saya, kalau sama saya mungkin malah saya jadi 'kompor' atau kepancing ikut nambahin ceritanya :p. Seperti ada satu orang yang sama menjelma dalam setiap kisahnya yang menjadi Ra, Jul, Al karena gaya bahasa yang dipakai dari 30 kisah itu same misalnya bahasa inggris yang campur-campur.
Di beberapa kisah disebut nama laki-laki yang sama, entah karena ceritanya lanjutan atau pelakunya memang berbeda. Karena penasaran saya jadi mencari-cari lagi dimana dimuat cerita awal dengan nama laki-laki yang sama. Saran saya, bagaimana kalau cerita yang berlanjut dibuat berdekatan, soalnya saya jade pusing nyari-nyari lagi dari sekian cerita *siapa yang lagi pusing, siapa yang disalahin coba.
Kesimpulannya, buku ini cocok untuk dijadikan teman ngopi dan ngeteh di sore hari, saat penat melanda sehabis kerja. Enjoy the book ^.^