Bila dikaruniai sahabat yang baik, peliharalah
Alhamdulillah, saya banyak mendapatkan teman-teman yang baik selama saya kuliah. Teman-teman yang membawa saya menuju perbaikan diri. Merasakan indahnya ukhuwah..
Setelah kita mendapatkan sahabat yang baik, selanjutnya tentu kita harus menjaga persahabatan ini. Seberapa sulit mencari sahabat sejati, sesulit itulah memeliharanya.
Dalam majalah Tarbawi Edisi 172 Th.9 Muharram 1429 H 31 Januari 2008, terdapat beberapa tips untuk memelihara persahabatan:
Pertama, sadari kemuliaan dan keutamaan memiliki seorang sahabat yang baik.
Persahabatan bukan hanya kebutuhan yang bisa memenuhi sisi kemanusiaan kita selaku makhluk social, tapi juga mempunyai kedudukan mulia dalam Islam. Rasulullah saw berkata “Barang siapa yang dikehendaki Allah Swt kebaikan, maka Allah akan rizikan kepadanya seorang sahabat yang shalih, bila ia lupa kan diingatkan dan bila ia ingat akan dibantunya.”
Orang-orang yang beriman kelak akan memberi syafaat kepada saudara-saudara mereka sehingga saudara-saudara itu masuk dalam surge bersama mereka. Karena itu, para salafushalih memang sangat menganjurkan persahabatan, kedekatan, persaudaraan, perbauran dan tidak menyukai kesendirian dan sikap mengisolir diri.
Kedua, letakkan kesepakatan bahwa persaudaraan ini harus berada diatas jalan Allah
Faktor yang mendorong kita dalam bergaul dan bersahabat adalah semata mencari ridha Allah. Maka, ketika kita tersenyum kepada seorang saudara, itu untuk mencari ridha Allah, karena tersenyum merupakan perbuatan baik yang memang dianjurkan dalam Islam. Juga ketika kita membantu saudara, mendengarkan kesulitannya, menepati janji, tidak berkata menyakitkan, perbuatan itu semata untuk mencari ridha Allah. Tujuan persahabatan itu ada yang sifatnya dunia atau agama. Semuanya bisa saja dilakuan selama masih berada dalam jalan Allah
Ketiga, letakkan dominasi kebaikan seorang sahabat di depan mata kita
Hindari kekurangan-kekurangannya, yang bisa mengacaukan suasana persahatan. Seperti yang dikatakan dalam bait-bait syair Imam Syafi’i, “Siapa yang mencari saudara tanpa aib dan cacat. Hiduplah seorang sendiri di tengah hutan.” Kekeliruan, kesalahan, kekurangan yang kita saksikan atau kita dengar tentang sahabat yang kita pilih sebagai saudara dan sahabat harus ditutupi. Ditutupi dari pengungkitan keburukan oleh diri sendiri, maupun oleh orang lain yang menyebarkan keburukan.
Keempat, mencoba lebih dahulu untuk berbuat baik kepada sahabat
Sebuah kebaikan dalam persahabatan tidak muncul dengan hanya menunggu dan berharap akan dilakukan oleh pihak lain. Kebaikan akan terwujud dengan sikap saling berupaya melakukan kebaikan itu.
Kelima, sebutlah namanya dalam do’a saat kita sendiri
“Do’a untuk saudara, sebagaimana engkau berdoa untuk dirimu. Jangan bedakan antara do’a untuk dirinya dan doa untuk dirimu,” tulis Al Ghazali. Ini rahasia penting dalam menjain persahabatan, sekaligus menjadi indicator tulus tidaknya seseorang menjain persaudaraan dan persahabatan.
Indah sekali bila kita mempunyai sahabat dekat yang shalih. Yang tetap terasa dekat meski secara fisik terasa jauh. Yang berdo’a untuk kita sebagaimana dia mendo’akan dirinya. Saudara yang menganggap kita sebagai bagian dari hidupnya. Bila salah seorang kalian merasakan kasih saying dari saudaranya, maka peganglah ia.
(Terima kasih untuk Heni Pratiwi, yang mau menjadi sahabat baikku. Alhamdulillah)
(kisahuwi.wordpress.com)